PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG
DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF
MELALUI TEKNIK DENGAR-CERITA
PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 ................ KECAMATAN ................
DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF
MELALUI TEKNIK DENGAR-CERITA
PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 ................ KECAMATAN ................
ABSTRAKSI
................................
2007. Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng dengan Pendekatan Integratif
Melalui Teknik Dengar-Cerita pada Siswa Kelas I SD Negeri 2 ................ Kecamatan
.................
Kata kunci: keterampilan
menyimak, dongeng, teknik dengar-cerita, pendekatan integratif.
Berdasarkan
observasi awal yang dilakukan penulis, keterampilan menyimak dongeng kelas II
SD Negeri 2 ................ Kecamatan ................ masih rendah. Rendahnya
kemampuan siswa dalam menyimak dongeng disebabkan oleh (1) siswa kurang
memahami keterampilan menyimak, (2) manfaat yang didapat dari menyimak dongeng
dirasakan kurang oleh siswa, sehingga menyebabkan siswa kurang antusias, (3)
teknik pembelajaran menyimak dongeng kurang bervariasi, (4) pendekatan yang
digunakan guru belum tepat. Pemilihan pendekatan dan teknik berdasarkan
tuntutan KBK memberi kebebasan kepada guru untuk memilih pendekatan dan teknik
yang beragam dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan
paparan di atas, penelitian ini mengkaji dua masalah yaitu (1) bagaimanakah
peningkatan keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui
teknik dengar-ccerita pada siswa kelas II SD Negeri 2 ................ Kecamatan
................ setelah mengikuti pembelajaran dan (2) bagaimanakah perubahan
perilaku siswa setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng
dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita pada siswa kelas II
SD Negeri 2 ................ Kecamatan ................ setelah mengikuti
pembelajaran.
Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pratindakan dan tindakan. Tahap
tindakan terdiri atas siklus I dan siklus II. Subjek penelitian ini adalah
keterampilan menyimak dongeng kelas II SD Negeri 2 ................ Kecamatan .................
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu peningkatan keterampilan
menyimak dongeng dan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes. Teknik
tes berupa hasil menceritakan isi dongeng. Untuk tes nontes berupa data perilaku
siswa dari hasil observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan
dokumentasi kepada siswa. Teknik analisis data kualitatif menggunakan deskripsi
kuantitatif. Kedua teknik tersebut dianalisis dengan membandingkan hasil tes
siklus I dan siklus II.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
peningkatan keterampilan menyimak dongeng dengan teknik
dengar-cerita melalui pendekatan integratif. Nilai rata-rata kelas pada tahap
pratindakan sebesar 61 dan mengalami peningkatan sebesar 6,1% menjadi sebesar
67,1. Selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 76,3.
Setelah menggunakan pendekatan integratif melalui teknik dengarcerita juga
terjadi perubahan tingkah laku siswa. Siswa yang sebelumnya merasa
kurang antusias
terhadap pembelajaran menyimak dongeng menjadi antusias, senang, dan tertarik
setelah mengikuti pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan
integratif melalui teknik dengar-cerita.
Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan kepada guru agar Para guru
bahasa dan sastra Indonesia hendaknya berperan aktif sebagai inovator dan
fasilitator dalam memilih teknik dan pendekatan yang paling tepat sehingga
pembelajaran yang dilakukan dapat menjadi pengalaman belajar yang positif bagi
siswa. Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan integratif hendaknya dapat
dijadikan alternatif bagi guru bidang studi lain dalam mengajar. Bagi peneliti
disarankan agar melakukan penelitian serupa tetapi dengan teknik pembelajaran
yang lain.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
�
Allah tidak akan mengubah nasib
manusia sebelum manusia mengubah nasibnya (Q.S. Al-Ra’du:12)
�
Sesungguhnya bersama dengan
kesulitan itu ada kemudahan. (Al-Hadist)
�
Senyummu di depan saudaramu adalah
sedekah (Al-Hadist)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
BAB II
2.2.1.5 Tahap-tahap Menyimak
2.2.1.6 Teknik
Penyajian Pembelajaran Menyimak
2.2.1.6.1 Teknik
Dengar-Cerita
2.2.1.7 Faktor-faktor
Menyimak
2.2.1.8 Cara
Meningkatkan Keterampilan Menyimak
2.2.1.9 Pemilihan
Bahan dalam Pembelajaran Menyimak
2.2.1.10 Penilaian
Keterampilan Menyimak
2.2.2 Dongeng
2.2.2.1 Pengertian
Dongeng
2.2.2.2 Jenis-jenis
Dongeng
2.2.3 Pendekatan
Integratif
2.3 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis
Tindakan
BAB III METODE
PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.1.1
Prosedur Tindakan pada Siklus I
3.1.1.1
Perencanaan
3.1.1.2
Tindakan
3.1.1.3
Observasi
3.1.1.4
Refleksi
3.1.2
Prosedur Tindakan pada Siklus II
3.1.2.1
Perencanaan
3.1.2.2
Tindakan
3.1.2.3
Observasi
3.1.2.4
Refleksi
3.2 Subjek Penelitian
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1
Variabel Keterampilan Menyimak Dongeng
3.3.2 Variabel Teknik Dengar-Cerita dengan Pendekatan
3.3.2 Variabel Teknik Dengar-Cerita dengan Pendekatan
Integratif
3.4 Instrumen
Penelitian
3.4.1
Instrumen Tes
3.4.2
Instrumen Nontes
3.4.2.1
Observasi
3.4.2.2
Jurnal
3.4.2.3
Wawancara
3.4.2.4
Dokumentasi
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
3.5.1
Teknik Tes
3.5.2
Teknik Nontes
3.5.2.1
Teknik Observasi
3.5.2.2
Teknik Jurnal
3.5.2.3
Teknik Wawancara
3.5.2.4
Teknik Dokumentasi
3.6 Teknik Analisis
Data
3.6.1
Teknik Kuantitatif
3.6.2
Teknik Kualitatif
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Hasil Prasiklus
4.1.2
Refleksi
4.1.3
Hasil Siklus I
4.1.3.1
Hasil Tes
4.1.3.2
Hasil Nontes
4.1.4
Refleksi Siklus I
4.1.5
Hasil Penelitian Siklus II
4.1.5.1
Hasil Tes
4.1.5.2
Hasil Nontes
4.1.7
Refleksi Siklus II
4.2 Pembahasan
4.2.1
Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng
4.2.2
Perubahan Perilaku Siswa
BAB V PENUTUP
5.1
Simpulan
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam era pembangunan dewasa ini makin lama makin kita
rasakan pentingnya berkomunikasi baik antar anggota masyarakat maupun antar
kelompok masyarakat. Alat komunikasi yang ampuh adalah bahasa. Dengan bahasa,
manusia sebagai makhluk sosial dapat berhubungan satu sama lain secara efektif
dan dapat menyatakan perasaan, pendapat bahkan dengan bahasa kita dapat
berpikir dan bernalar. Bahasa juga memungkinkan manusia untuk saling
berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan
untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah satu
sarana untuk menuju pemahaman tersebut (Depdiknas 2004: 2). Oleh szebab itu,
agar komunikasi berjalan dengan lancar, kita perlu terampil berbahasa baik
lisan maupun tulis. Suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan yang
disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh penyimak suatu makna atau maksud.
Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan
proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan
pikirannya. Seseorang yang terampil berbahasa maka jalan pikirannya semakin
cerah dan jelas. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan
praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa itu pula melatih
keterampilan berpikir (Dawson, 1963: 2; dalam Tarigan 1985b: 1).
Mata pelajaran bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum
berbasis kompetensi adalah program untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Menyimak
merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
dalam kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi meliputi
aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Aspek keterampilan
berbahasa meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis
yang berhubungan dengan ragam sastra. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia, aspek keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra harus
dilakukan secara seimbang.
Penelitian ini memilih keterampilan menyimak karena pada
pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik seperti yang dikemukakan
Sutari, dkk (1997: 117-118), dikemukakan beberapa alasan yaitu: (1) pelajaran
menyimak relatif baru dinyatakan dalam kurikulum sekolah, (2) teori, prinsip,
dan generalisasi mengenai menyimak belum banyak diungkapkan, (3) pemahaman
terhadap apa dan bagaimana menyimak itu masih minim, (4) buku teks dan buku
pegangan guru dalam pembelajaran menyimak sangat langka, (5) guru-guru bahasa
Indonesia kurang berpengalaman dalam melaksanakan pengajaran menyimak, (6)
bahan pengajaran menyimak masih kurang, (7) guru-guru bahasa Indonesia belum
terampil menyusun bahan pengajaran menyimak, dan (8) jumlah murid terlalu
besar.
Kegiatan menyimak banyak dilakukan dalam kehidupan
bermasyarakat dibanding dengan keterampilan berbahasa yang lain. Menurut Paul
T. Rankin (dalam Tarigan 1994: 129), berdasarkan survei, maka didapat 9%
menulis, 16% membaca, 30% berbicara dan 45% menyimak. Dari hasil survei yang
ada membuktikan bahwa keterampilan menyimak memegang angka tertinggi.
Menyimak merupakan salah satu faktor penting yang
dipergunakan waktu proses belajar mengajar dalam kelas. Hal itu dikarenakan
siswa harus bisa menyimak penjelasan guru dengan baik. Jika siswa tidak bisa
menyimak dengan baik secara otomatis apa yang disampaikan guru tidak berhasil.
Jadi, keberhasilan siswa dalam pelajaran ditentukan oleh baik buruknya siswa
dalam hal menyimak. Berdasarkan hal-hal tersebut maka menyimak perlu dikuasai
dan ditingkatkan dengan baik.
Pada kenyataannya pembelajaran menyimak kurang diperhatikan
dengan baik dan sering kali diremehkan oleh siswa. Hal itu menyebabkan siswa
kurang maksimal dalam pembelajaran menyimak. Oleh sebab itu, guru harus bisa
memilih cara agar dalam pembelajaran berhasil.
Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaaan keterampilan
menyimak. Kenyataan ini terlihat dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
di kelas II SD Negeri 2 ................ Kecamatan ................, yang hanya
berorientasi pada teori dan pengetahuan saja sedangkan latihan kurang
diperhatikan khususnya keterampilan menyimak.
Pada kenyataannya, keterampilan menyimak khususnya menyimak
dongeng siswa kelas II SD Negeri 2 ................ Kecamatan ................
masih rendah. Berdasarkan pengamatan kesulitan dalam pembelajaran menyimak
dongeng yang ditemukan dalam objek penelitian adalah (1) siswa kurang memahami
keterampilan menyimak dongeng, (2) manfaat yang didapat dari menyimak dongeng
dirasakan kurang oleh siswa, sehingga menyebabkan siswa kurang antusias, (3)
pendekatan yang digunakan guru belum tepat, (4) teknik pembelajaran menyimak
dongeng kurang bervariasi. Hal tersebut menyebabkan keterampilan menyimak
dongeng siswa kelas II SD Negeri 2 ................ Kecamatan ................
rendah.
Cara yang digunakan untuk keterampilan menyimak dongeng
adalah diperlukannya pendekatan dan teknik yang sesuai. Hal itu diharapkan
keterampilan menyimak akan mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya hasil
pada pembelajaran menyimak dongeng maka siswa akan berhasil dalam proses
pembelajaran di kelas.
Pembelajaran dengan pendekatan integratif dan teknik
dengar-cerita diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak dongeng siswa
kelas II SD Negeri 2 ................ Kecamatan ................. Dalam
pembelajaran tersebut kegiatan belajar diaplikasikan sesuai dengan kompetensi
dasar yang dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan, sehingga menggunakan
pendekatan integratif. Jadi meskipun keterampilan yang digunakan adalah
menyimak maka dipadukan dengan keterampilan berbicara. Dengan cara tersebut
diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kesulitan yang
diperoleh dalam pembelajaran menyimak dongeng adalah (1) siswa kurang memahami
keterampilan menyimak dongeng, (2) manfaat yang didapat dari menyimak dongeng
dirasakan kurang oleh siswa, sehingga menyebabkan siswa kurang antusias, (3)
pendekatan yang digunakan guru belum tepat, (4) teknik pembelajaran menyimak
dongeng kurang bervariasi.
Faktor pertama adalah siswa kurang memahami keterampilan
menyimak dongeng. Oleh karena itu, guru harus memberi pemahaman yang lebih
tentang pengetahuan menyimak dongeng dengan benar dan tepat pada siswa. Faktor
kedua adalah manfaat yang didapat dari menyimak dongeng dirasakan kurang oleh
siswa, sehingga menyebabkan siswa kurang antusias. Hal ini terjadi karena ada
anggapan siswa bahwa menyimak dongeng adalah hal yang biasa dilakukan waktu
kecil. Oleh karena itu, guru harus menerangkan manfaat yang lebih jauh sebelum
pembelajaran menyimak dongeng dimulai.
Faktor ketiga adalah pendekatan yang digunakan guru belum
tepat. Hal itu menyebabkan siswa kurang maksimal dalam pembelajaran menyimak,
maka guru harus menggunakan pendekatan dalam pembelajaran menyimak. Faktor
keempat adalah teknik pembelajaran menyimak dongeng kurang bervariasi. Dalam
pembelajaran menyimak biasanya guru hanya melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan yaitu guru bercerita kemudian siswa yang menyimak. Padahal sebaiknya
guru harus memilih teknik yang tepat dalam pemelajaran menyimak dongeng.
1.3 Rumusan
Masalah
Dilihat dari identifikasi dan pembatasan masalah di atas,
penulis mendapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1)
Bagaimanakah peningkatan keterampilan
menyimak dongeng pada siswa kelas II SD Negeri 2 ................ Kecamatan ................
setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan
integratif melalui teknik dengar-cerita?
2)
Bagaimanakah perubahan perilaku siswa
pada siswa kelas II SD Negeri 2 ................ Kecamatan ................
setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan
integratif melalui teknik dengar-cerita?
1.5 Tujuan
Penelitian
Tujuan
diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mendiskripsikan peningkatan
keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II SD Negeri 2 ................ Kecamatan
................ setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng
dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita.
2). Untuk mendiskripsikan perubahan
tingkah laku siswa kelas II SD Negeri 2 ................ Kecamatan ................
setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan
integratif melalui teknik dengar-cerita.
1.6 Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan penelitian pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang
penelitian tindakan kelas. Penelitian ini juga diharapkan menambah khasanah
pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca tentang peningkatan keterampilan
mernyimak dongeng dengan pedekatan integratif melalui teknik dengar-cerita.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi guru,
yaitu (1) memberikan masukan pada guru tentang keterampilan menyimak dongeng
dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita, (2) memperkaya
khasanah pendekatan dan teknik dalam pembelajaran menyimak dongeng.
Penelitian ini juga dapat memberi manfaat bagi siswa, yaitu
(1) meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran menyimak dongeng, (2)
dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan pembelajaran menyimak khususnya
menyimak dongeng
BAB II
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian menyimak telah banyak dilakukan. Akan tetapi,
hal tersebut masih menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut, baik
penelitian yang bersifat melengkapi maupun yang bersifat baru. Keterampilan
menyimak harus dikuasai setiap orang, baik oleh anak, siswa ataupun orang tua.
Berikut merupakan contoh kegagalan menyimak dalam kehidupan sehari-hari. Banyak
orang tua yang sering mengeluh ketika memberi perintah kepada anak-anaknya. Anak-anak
itu hanya mendengar saja tanpa disimak dengan baik. Hal itu menyebabkan
ketidaksesuaian dengan apa yang diperintahkan orang tuanya ketika melaksanakan
perintah itu.
2.2 Landasan
Teoretis
Dalam
landasan teoretis akan dibahas mengenai keterampilan menyimak, dongeng, dan
pendekatan integratif.
2.2.1 Keterampilan Menyimak
Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian menyimak,
tujuan menyimak, manfaat menyimak, ragam menyimak, tahap-tahap menyimak, teknik
penyajian pembelajaran menyimak, faktor-faktor menyimak, cara meningkatkan
keterampilan menyimak, pemilihan bahan dalam pembelajaran menyimak, dan
penilaian keterampilan menyimak.
2.2.1.1 Pengertian Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan
berbahasa pertama ketika manusia memperoleh bahasa. Menyimak sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat sebagai sarana berinterkasi dan komunikasi. Keterampilan menyimak
merupakan keterampilan pertama kali yang digunakan siswa dalam proses
pembelajaran sebelum keterampilan yang lain, seperti membaca, berbicara, dan
menulis. Dengan demikian keterampilan menyimak adalah keterampilan terpenting
sebelum melakukan kegiatan berbahasa yang lain, seperti membaca, berbicara, dan
menulis.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan yang dilakukan dengan penuh perhatian dan pemahaman,
apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh suatu pesan, informasi dan
menangkap isi pesan tersebut yang disampaikan oleh orang lain melalui bahasa
lisan yang telah disimak.
2.2.1.2 Tujuan Menyimak
Menurut Shrope; Logan [et all] (dalam Tarigan 1994: 56-57),
tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam antara lain (1) menyimak untuk
belajar, (2) menyimak untuk menikmati, (3)
menyimak untuk mengevaluasi, (4) menyimak untuk mengapresiasi, (5)
menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide, (6) menyimak untuk membedakan
bunyi-bunyi, (7) menyimak untuk memecahkan masalah, (8) menyimak untuk
meyakinkan.
Pertama, menyimak untuk belajar. Ada orang yang menyimak
untuk memperoleh pengetahuan dari ujaran
pembicara. Kedua, menyimak untuk menikmati. Menikmati yang dimaksud
adalah untuk menikmati keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan pada
penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atas yang
diperdengarkan.
Ketiga, menyimak untuk mengevaluasi. Menyimak dengan maksud
agar dia dapat menilai apa-apa yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek,
tepat-ngaur, logistak logis, dan lain-lain). Keempat, menyimak untuk
mengapresiasi. Menyimak dengan maksud agar dia dapat menikmati serta menghargai
apa-apa yang disimaknya itu.
Kelima, menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide. Orang
menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar
dan tepat. Keenam, menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi. Orang yang menyimak
ini membedakan mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti.
Ketujuh, menyimak untuk memecahkan masalah. Orang yang
menyimak agar bisa memecahkan masalah secara kreatif dan analisis. Kedelapan,
menyimak untuk meyakinkan orang. Orang menyimak untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan (menyimak
secara persuasif).
2.2.1.3 Manfaat Menyimak
Menurut Setiawan (dalam Suratno 2006), manfaat menyimak
adalah sebagai berikut ini:
Pertama, menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup
yang berharga bagi kemampuan siswa, sebab menyimak mempunyai nilai informatif,
yaitu memberikan masukan pada kita agar lebih berpengalaman. Kedua,
meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan
khazanah ilmu kita. Ketiga, memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan
ungkapan yang tepat, bermutu dan puitis. Komunikasi menjadi lebih lancar dan
kata-kata yang digunakan lebih variatif jika orang banyak menyimak.
Keempat, memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup
serta membina sifat terbuka dan objektif. Orang cenderung lebih lapang dada,
dapat menghargai pendapat dan keberadaan orang lain, tidak picik, tidak sempit
lapang dada, tidak fanatik kata jika orang banyak menyimak. Kelima,
meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial. Lewat menyimak kita bisa mengenal
seluk-beluk kehidupan dengan segala dimensinya. Kita dapat merenungi nilai
kehidupan jika bahan yang disimak baik sehingga tergugah semangat kita untuk
memecahkan masalah.
Keenam, meningkatkan citra artistik, jika yang kita simak
itu merupakan bahan yang isinya semakin halus dan bahasanya indah. Banyak orang
yang menyimak dapat menumbuhsuburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya
orang lain serta meningkatkan selera estetis kita. Ketujuh, menggugah
kreativitas dan semangat mencipta agar kita mampu menghasilkan ujaran-ujaran
dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Dengan menyimak kita mendapatkan ide-ide
yang cemerlang dan segar, serta pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan
mendorong kita agar giat berkarya dan kreatif.
2.2.1.4 Ragam Menyimak
Kegiatan menyimak mempunyai bentuk yang beraneka ragam.
Ragam menyimak menurut Sutari, dkk (1997: 28-33), diklasifikasikan berdasarkan
sumber suara, taraf aktifitas menyimak,
taraf hasil simakan, cara penyimakan, bahan simakan, tujuan menyimak,
dan tujuan spesifik.
Berdasarkan sumber suara yang disimak, terdapat dua ragam
menyimak, yaitu menyimak intrapribadi dan menyimak antarpribadi. Menyimak
intrapribadi adalah suara yang disimak berasal dari diri sendiri, sedangkan
menyimak antarpribadi adalah menyimak suara yang berasal dari orang lain.
Berdasarkan taraf aktifitas menyimak dibedakan atas
kegiatan menyimak taraf rendah dan taraf tinggi. Menyimak bertaraf rendah
disebut silent listening. Menyimak taraf
rendah hanya memberikan perhatian, dorongan dan menunjang pembicaran. Sedangkan
menyimak taraf tinggi disebut active listening. Menyimak taraf tinggi biasanya diperlihatkan penyimak dengan
mengutarakan kembali isi simakan.
Berdasarkan taraf hasil simakan terdapat beberapa ragam
menyimak. Pertama, menyimak terpusat. Menyimak ini harus memusatkan pikiran
agar tidak salah melaksanakan hasil simakannya itu. Kedua, menyimak untuk
membandingkan. Penyimak menyimak pesan tersebut kemudian membandingkan isi
pesan dengan pengalaman dan pengetahuan
penyimak relevan. Ketiga, menyimak organisasi materi. Yang dipentingkan
oleh penyimak adalah mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan pembicara,
baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya. Keempat, menyimak kritis. Penyimak
melakukan menyimak secara kritis dengan cara
menganalisis
pesan yang disimaknya untuk kejelasan penyimak meminta data lebih lengkap
tentang hal yang dikemukakan pembicara. Kelima, menyimak kreatif dan
apresiatif. Penyimak ini memberi reaksi lebih jauh terhadap hasil simakannya
dengan memberi respon setelah penyimak memahami dan menghayatinya betul pesan
itu ia memperoleh informasi yang dapat melahirkan pendapat baru sebagai hasil
kreasinya.
Berdasarkan cara penyimakan,
ada dua ragam menyimak. Pertama, menyimak intensif.
Penyimak ini melakukannya dengan penuh perhatian, ketekunan dan ketelitian
sehingga memahami secara mendalam dan menguasai secara luas bahan simakannya.
Yang termasuk ke dalam menyimak intensif adalah: menyimak kritis, menyimak
konsentratif, menyimak kreatif, menyimak interogatif, dan menyimak selektif.
Kedua, menyimak ekstensif. Penyimak hanya memahami secara garis besar. Menyimak ekstensif meliputi: menyimak sekunder,
menyimak estetik, dan menyimak sosial
Berdasarkan tujuan menyimak, dapat dibedakan menjadi enam
jenis. Pertama, menyimak sederhana. Menyimak sederhana terjadi dalam percakapan
dengan teman atau percakapan melalui telepon. Kedua, menyimak deskriminatif.
Menyimak untuk membedakan suara atau perubahan suara. Ketiga, menyimak santai.
Menyimak santai adalah menyimak untuk tujuan kesenangan. Keempat, menyimak
informatif adalah menyimak untuk mencari informasi. Kelima, menyimak
literature. Menyimak untuk mengorganisasikan gagasan. Keenam, menyimak kritis.
Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara.
Berdasarkan tujuan khusus, Logan dan kawan-kawan (dalam
Sutari, dkk 1997: 32-34), mengklasifikasikan menyimak menjadi beberapa jenis.
Pertama, menyimak untuk belajar. Melalui kegiatan menyimak seseorang
mempelajari beberapa hal yang dibutuhkan. Kedua, menyimak untuk menghibur.
Penyimak menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya. Ketiga, menyimak untuk menilai.
Penyimak mendengarkan dan memahami simakan, kemudian menelaah, mengkaji,
menguji, membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan banyak. Keempat,
menyimak apresiatif. Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi materi
simakan. Kelima, menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan. Penyimak
memahami, merasakan gagasan, ide, perasaan pembicara sehingga terjadi sambung
rasa antara pembicara dan pendengar. Keenam, menyimak deskriminatif. Menyimak
untuk membedakan suara atau bunyi. Ketujuh, menyimak pemecahan masalah.
Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif analitis yang
disampaikan oleh pembicara.
Adapun kegiatan menyimak ekstensif, antara lain menyimak
sosial, menyimak estetika, menyimak sekunder, dan menyimak pasif. (a) menyimak
sosial, biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang
mengobrol, seperti di pasar, sekolah, terminal, stasiun, kantor pos, dan
sebagainya. (b) menyimak
estetika,
sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak estetika adalah kegiatan menyimak
untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya menikmati cerita, puisi,
menyimak musik atau radio. (c) menyimak sekunder adalah menyimak secara
kebetulan. Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme dan pada acara radio
yang terdengar sayup-sayup sementara kita sedang menulis surat pada seorang
teman di rumah. (d) menyimak pasif adalah menyimak suatu ujararan tanpa upaya
sadar, misalnya dalam kehidupan sehari-hari pembelajar mendengarrkan bahasa
Jawa, setelah dalam waktu 3 tahun ia sudah
mahir menggunakan bahasa tersebut. Kemudian menggunakan bahasa Jawa
tersebut dilakukan tanpa sengaja.
Kedua, menyimak intensif. Menyimak intensif adalah sejenis
kegiatan menyimak yang diarahkan kepada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi,
dikontrol terhadap satu hal tertentu.
Adapun jenis-jenis menyimak intensif antara lain menyimak
kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratif, menyimak
interogatif, dan menyimak selektif. (a) menyimak kritis adalah kegiatan
menyimak untuk mencari kesalahan dari ujaran seseorang pembicara secara
sungguh-sunguh, dengan alasanalasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal
sehat, serta dinilai secara objektif, menentukan keaslian kebenaran dan
keahlain serta kekurangan. (b) menyimak konsentratif
adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk
memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan. (c)
menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang sengaja dilakukan untuk
menyenangkan rekonstruksi imajinasi dan perasaan kinaestetik para penyimak. (d)
menyimak eksplorasif adalah kegiatan menyimak bertujuan untuk menyelidiki
sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. (e) menyimak interogatif adalah
kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada pemeroleh informasi. (f) menyimak selektif adalah
menyimak yang dilakukan secara selektif dan terfokus berdasarkan nada suara,
bunyibunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan, kata-kata dan frase-frase,
bentuk-bentuk ketatabahasaan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
ragam menyimak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan sumber
suara, taraf aktifitas menyimak, taraf hasil simakan, cara penyimakan, bahan
simakan, tujuan menyimak, tujuan spesifik, bentuk kegiatan menyimak.
2.2.1.5 Tahap-tahap Menyimak
Tahap-tahap menyimak menurut Tarigan (1994: 5 8-59) ada
lima, yaitu tahap mendengar, tahap memahami, tahap menginterpretasi, tahap
evaluasi, dan tahap menanggapi.
Pertama, tahap mendengar. Tahap ini kita hanya baru
mendengar segala sesuatu yang diujarkan oleh pembicara. Dengan demikian kita
masih berada tahaptahap hearing. Kedua,
tahap memahami. Setelah kita mendengar ujaran sang pembicara maka perlu untuk
mengerti atau memahami dengan baik. Tahap ini merupakan tahap understanding.
Ketiga,
tahap menginterpretasi. Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti belum merasa
puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran oleh pembicara sehingga ia
ingin menafsirkan apa yang tersirat dalam ujaran permbicara tersebut. Sehingga
tahap ini disebut tahap interpreting.
Keempat, tahap mengevaluasi. Setelah penyimak bisa memahami
serta dapat menafsirkan isi pembicaraan maka mulailah penyimak menilai apa yang
telah diujarkan oleh pembicara, yaitu tentang keunggulan dan kelemahan. Dengan
demikian sampailah pada tahap evaluating. Kelima,
tahap menanggapi. Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.
Penyimak bisa menyambut, menyerap serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh
pembicara. Tahap ini disebut tahap responding.
2.2.1.6 Teknik Penyajian Pembelajaran Menyimak
Dalam pembelajaran menyimak banyak cara/teknik yang
diciptakan agar proses belajar mengajar dalam kelas tidak bosan karena monoton,
tidak bervariasi. Menurut Sutari (1997: 122), ada banyak teknik penyajian
pembelajaran menyimak. Teknik-teknik itu adalah dengar-ucap, dengar-terka,
dengar-jawab, dengar-tanya, dengar-sanggah, dengar-cerita, dengar-suruh,
dengar-larang, dengar-teriak, dengarsetuju, dengar-bisik berantai,
dengar-baca, dengar tulis, dengar-salin, dengarrangkum, dengar-peringatan,
dengar-lengkapi, dengar-kerjakan, dengar-lakukan, dengar simpati, dengar-kata
simon, dengar-temukan objek.
2.2.1.6.1 Teknik Dengar-Cerita
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah selama
ini masih belum berjalan dengan baik dan optimal. Hal ini dapat dilihat dari
prestasi belajar pada pembelajaran keterampilan menyimak kurang. Mengingat
betapa pentingnya
keterampilan
menyimak dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran menyimak harus diperhatikan
dan benar-benar dilaksanakan dengan baik. Untuk itu upaya guru dalam mengatasi
permasalahan ini dengan mengubah teknik yang dapat membantu siswa mencapai
kompetensi secara optimal.
Teknik pembelajaran adalah segala usaha yang dilakukan oleh
guru untuk mencapai kompetensi dasar yang akan diajarkan pada siswa dalam
pelaksanaan pengajaran di kelas.
Manfaat teknik pembelajaran bagi guru adalah dapat membuat
program pembelajaran yang lebih bervariasi dan menarik sehingga minat belajar
siswa diharapkan dapat berlangsung efektif, dan guru akan lebih percaya diri
ketika menyampaikan materi pembelajaran, karena dapat menghidupkan suasana
belajarmengajar dalam kelas. Pemakaian teknik teknik pembelajaran yang tepat
menyebabkan siswa senang belajar dan pembelajaran keterampilan menyimak
diharapkan dapat berhasil dengan baik.
Teknik dengar-cerita adalah salah satu teknik penyajian
pembelajaran menyimak. Cara yang dilakukan adalah guru
memperdengarkan/membacakan rekaman dongeng, puisi, cerpen. Setelah selesai
diperdengarkan atau dibacakan kemudian beberapa siswa menceritakan kembali
secara singkat garis besarnya saja tentang apa yang telah dilakukan (Sutari
1997: 133).
Teknik
dengar-cerita diharapkan dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengemukakan apa yang telah disimak.
2.2.1.7
Faktor-faktor Menyimak
a. Faktor-faktor
Pemengaruh Menyimak
Menurut Tarigan (1994: 98), ada delapan faktor yang
mempengaruhi kegiatan menyimak. Faktor-faktor itu meliputi faktor fisik,
psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, lingkungan, dan peranan
dalam masyarakat.
Pertama, faktor fisik. Kondisi fisik seorang penyimak
merupakan faktor terpenting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas
keaktifannya dalam menyimak. Sebagai contoh, ada orang yang sukar sekali mendengar.
Dalam keadaan yang sama itu, dia mungkin saja terganggu serta dibingungkan oleh
upaya yang dilakukannya untuk mendengar. Secara fisik dia mungkin berada jauh
di bawah ukuran gizi yang normal sehingga perhatiannya rendah. Kesehatan serta
kesejahteraan fisik merupakan suatu modal terpenting yang turut menentukan
keberhasilan menyimak. Oleh karena itu, faktor-faktor fisik yang dapat
mengganggu dan menghambat kelancaran proses menyimak perlu disingkirkan.
Kedua, faktor psikologis. Faktor psikologis ini melibatkan
sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi yang hubungannya dengan menyimak.
Faktor-faktor psikologis di antaranya prasangka dan kurangnya simpati terhadap
para pembicara, keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi, kepicikan
yang menyebabkan pandangan yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan yang
menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali terhadap pokok pembicaraan, sikap
yang tidak layak terhadap sekolah, guru, pokok pembicaraan atau sang pembicara.
Faktor psikologis yang positif dapat
memberi
pengaruh yang baik begitu juga sebaliknya. Faktor psikologis yang negatif dapat
juga memberi pengaruh yang buruk pula terhadap kegiatan menyimak.
Ketiga, faktor pengalaman. Sikap-sikap kita merupakan hasil
pertumbuhan, perkembangan pengalaman kita sendiri. Kurangnya minat merupakan
akibat dari pengalaman yang kurang dalam bidang yang akan disimak. Dengan
demikian, latar belakang pengalaman merupakan faktor penting dalam kegiatan
menyimak.
Keempat, faktor sikap. Pada dasarnya manusia hidup
mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap
menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan
menguntungkan bagi dirinya tapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak
menarik dan tidak menguntungkan bagi dirinya. Kedua hal tersebut memberi dampak
pada penyimak, yaitu dampak positif dan dampak negatif.
Sebagai pendidik, tentunya para guru akan memilih dan
menanamkan dampak positif pada anak didiknya, khususnya bahan simakan.
Menyajikan pelajaran dengan baik, materi yang menarik, serta penampilan yang
menarik maka akan membentuk sikap positif pada siswa.
Kelima, faktor motivasi. Motivasi merupakan salah satu
butir penentu akan keberhasilan seseorang. Jika motivasi kuat maka yang
diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu juga dengan
menyimak. Dorongan dan tekad yang diperlukan dalam mengerjakan sesuatu dalam
kehidupan ini. Menerangkan pelajaran dengan baik dan jelas merupakan suatu
bimbingan pada para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka
untuk menyimak secara tekun.
Keenam, faktor jenis kelamin. Dari beberapa penelitian yang
telah dilakukan oleh para ahli maka pria dan wanita pada umumnya mempunyai
perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun
berbeda pula.
b. Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak
Efektivitas menyimak menurut Tarigan (1991: 380),
bergantung pada beberapa faktor yaitu: pembicara, pembicaraan, situasi, dan
penyimak. Pertama, pembicara. Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan,
ide, informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan. Pembicara harus
mempunyai tuntutan yaitu penguasaan materi, berbahasa, percaya diri, berbicara
sistematis, gaya bicara menarik, dan kontak dengan pendengar.
Kedua, pembicaraan. Pembicaraan adalah materi, isi, pesan,
atau informasi yang hendak disampaikan oleh seseorang pembicara pada
pendengarnya. Pembicara yang baik harus memenuhi syarat-syarat yaitu aktual,
bermakna, dalam minat pendengar, sistematis, dan seimbang.
Ketiga, situasi. Situasi sangat berpengaruh dan menentukan
keefektivan menyimak. Situasi dalam menyimak diartikan sebagai segala sesuatu
yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses menyimak antara lain ruangan, waktu,
tenang, dan peralatan.
Keempat, penyimak. Penyimak adalah orang yang mendengarkan
dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu
peristiwa menyimak. Penyimak merupakan faktor terpenting dan yang paling
menentukan keefektivan dalam peristiwa menyimak. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar kegiatan menyimak bisa tercapai adalah kondisi, konsentrasi,
bertujuan, berminat, mempunyai kemampuan
linguistik dan nonlinguistik, dan pengalaman serta pengetahuan yang
luas.
2.2.1.8 Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Ada sembilan cara untuk meningkatkan keterampilan menyimak
menurut Webb (1975: 147) dalam Tarigan (1993: 78), antara lain (1) pahami
maksud pembicara, (2) hindari klise gegagah, (3) pahami maksud Anda menyimak,
(4) kurangi makna perbedaan dalam bahasa, (5) kenalilah prasangka Anda, (6)
kenalilah prasangka pembicara, (7) periksalah fakta-fakta pembicara, (8) simak
sampai selesai, (9) gunakan waktu senggang.
Pahami maksud pembicara mempunyai maksud sebagai berikut.
Adakalanya pada permulaan pembicaraan untuk menyampaikan pesannya, sang
pembicara justru mengutarakan atau menyatakan ataupun mengimplikasikan maksud
dan tujuan penampilannya. Simaklah baik-baik butir-butir berharga itu. Cobalah
memahami maksud utama pembicaraannya itu sehingga Anda mengetahui apa yang
sebenarnya diinginkan oleh pembicara yang diperoleh penyimak dari ucapannya.
Cara yang kedua adalah hindari klise gegabah. Agar dapat menjadi
penyimak yang baik kita harus menghindari kegiatan menyimak gagasan yang
terlalu sering
dipakai
dan dapat menimbulkan tindakan yang kurang baik. Oleh karena itu, dalam
kegiatan menyimak seharusnya menghindari suatu klise yang gegabah.
Cara yang ketiga adalah pahami maksud Anda menyimak.
Sebelum kita melakukan kegiatan menyimak maka agar kita berhasil menangkap apa
yang kita simak kita harus memahami dahulu maksud kita menyimak. Jika itu bisa
dilakukan oleh setiap orang maka kegiatan menyimak akan dapat ditingkatkan.
2.2.1.9 Pemilihan Bahan dalam Pembelajaran Menyimak
Pembelajaran menyimak harus direncanakan dengan bahan yang
menarik dan dan dekat dengan kebutuhan siswa. Subyantoro dan Hartono (2003: 5-7
dalam Pangesti 2006), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: (1)
keluasan bahan ajar, (2) keterbatasan waktu, (3) perbedaan karakteristik siswa,
dan (4) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Pertama, keluasan bahan ajar. Bahan ajar menyimak dapat
diambil dari beberapa sumber. Sumber bahan ajar seharusnya sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa. Selain itu materi simakan yang digunakan hendaknya
sesuai. Hal itu diharapkan proses belajar
mengajar dalam pembelajaran menyimak dapat memuaskan dan menyenangkan
baik bagi siswa maupun guru. Kedua, keterbatasan waktu. Dalam
proses
pembelajaran guru harus bisa menyesuaikan waktu yang ada dengan bahan yang akan
diajarkan.
Ketiga, perbedaan karakteristik pembelajar. Ada beberapa
faktor yang menentukan perbedaan
karakteristik pembelajar, anatara lain minat, bakat, intelegensi dan sikapnya. Hal itulah yang menjadi pertimbangan
khusus bagi guru untuk memilih bahan simakan yang selaras dengan bakat,
minat, dan sikap pembelajar. Keempat, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni. Bahan pembelajaran menyimak harus
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Tarigan (1994: 191), menjelaskan bahwa ada beberapa
butir-butir pokok yang ada kaitannya dengan upaya untuk membuat bahan simakan
bisa menarik. Butir-butir pokok yang dimaksud antara lain tema harus up to
date, tema terarah dan sederhana, tema dapat menambah
pengalaman dan pemahaman, tema bersifat sugestif dan evaluatif, tema bersifat
motivatif, pembicaraan harus dapat menghibur, bahasa sederhana dan mudah
dimengerti, harus bersifat dialog bukan duolog melulu.
Pertama, tema harus up to date. Sang pembicara harus memilih bahan-bahan yang terbaru dan mutakhir. Hal
itu dilakukan agar pembicaraan yang disajikan dapat menarik perhatian. Kedua,
tema harus terarah dan sederhana. Bahan pembicaraan hendaknya jangan terlalu
luas. Bahan pembicaraan itu hendaknya topik yang sederhana, jangan terlalu
rumit dan sukar. Hal itu dilakukan agar penyimak tidak merasa bosan dan tidak
bingung.
Ketiga, tema dapat menambah pengalaman dan pemahaman. Topik
yang disampaikan pembicara sebaiknya disajikan untuk memperkaya pengalaman dan
mempertajam pemahaman serta penguasaan para penyimak akan masalah itu. Keempat,
tema bersifat sugestif dan evaluatif. Pokok pembicaraan yang hendak disampaikan
harus merangsang penyimak untuk berbuat dengan tepat serta dapat memberi
penilaian yang akan dilaksanakan.
Kelima, tema bersifat motivatif. Tema pembicaraan
seyogyanya dapat memberi dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
Pembicara mengharapkan agar para penyimak termotivasi setelah menyimak
ujarannya. Keenam, pembicraan harus dapat menghibur. Dalam menyimak, orang bisa
melupakan kesusahan atau paling sedikit buat sementara pada saat menyimak. Oleh
karena itu, pembicara harus bisa membuat humor dan harus pandai berkelakar.
Ketujuh, bahasa sederhana mudah dimengerti. Pembicara
hendak menggunakan bahasa yang sederhana tapi mudah dimengerti. Anggapan bahwa
suatu ceramah, kuliah, atau pembicaraan yang bermutu harus diiringi oleh
istilah-istilah baru kalimat-kalimat yang panjang, rumit adalah keliru. Suatu
ceramah tidak perlu menggunakan bahasa yang rumit akan tetapi pakailah bahasa
yang sederhana tapi mudah dipahami. Kedelapan, harus bersifat dialog bukan
duolog melulu. Menyimak merupakan suatu sarana penting dan berguna bagi
hubungan-hubungan antar pribadi yang bermakna. Oleh karena itu, dialog
dibutuhkan dalam kegiatan menyimak. Hal itu disebabkan duolog merupakan
kegiatan berbicara tetapi tidak ada yang menyimak.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan
pengajaran menyimak yang paling penting adalah menarik. Jika bahan itu bisa
menarik perhatian siswa maka pembelajaran menyimak akan berhasil. Guru harus
bisa memilih bahan pengajaran menyimak yang tepat agar pembelajaran menyimak
bisa menarik perhatian siswa.
2.2.1.10 Penilaian Keterampilan Menyimak
Kurikulum 2004 merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebenarnya dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum yang
baru itu akan lebih bermakna jika diikuti oleh perubahan praktik-praktik
pembelajaran yang dengan sendirinya akan mengubah praktik-praktik penilaian.
Dalam kurikulum 2004 ini diterapkan sistem Penilaian Berbasis Kelas. Sumber
data penilaian berbasis kelas ini dapat dikumpulkan dari berbagai sumber,
seperti portofolio (kumpulan kerja siswa), product (hasil karya),
project (penugasan), performance (unjuk kerja), dan paper and
pen (tes tertulis). Penilaian berbasis kelas ini, evaluasi dilakukan pada
proses dan hasil pembelajaran.
Evaluasi keterampilan menyimak dilakukan dari proses dan
hasil pembelajaran. Penilaian proses pada keterampilan menyimak dilakukan oleh
guru ketika pembelajaran menyimak sedang berlangsung dan guru harus merancang
model instrumen penilaian, sedangkan dalam penilaian hasil diperoleh dari hasil
simakan siswa yang berupa jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan
oleh guru. Penilaian hasil dapat diperoleh dari tes. Tes pada keterampilan
menyimak dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menangkap dan
memahami informasi yang terkandung dalam wacana yang diterima melalui saluran
pendengaran. Dalam pelaksanaan pengajaran bahasa di sekolah, khususnya bahasa
Indonesia, tes menyimak kurang mendapat perhatian sebagaimana ketrampilan
berbahasa yang lain (Nurgiyantoro 2001: 233).
Ada empat tingkatan tes kemampuan menyimak meliputi tingkat
ingatan, tingkat pemahaman, tingkat penerapan, tingkat analisis (Nurgiyantoro
2001: 239).
Pertama, tes kemampuan menyimak tingkatan ingatan. Tes
kemampuan menyimak pada tingkatan ini hanya menuntut siswa untuk mengingat
fakta yang telah diperdengarkan. Bentuk tes yang digunakan dapat berbentuk tes
objektif, isian singkat, dan pilihan ganda.
Kedua, tes kemampuan menyimak tingkat pemahaman. Tes
kemampuan menyimak pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk dapat memahami
wacana yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman dalam tingkat ini masih sederhana
dan butir-butir tes belum sulit.
Ketiga, tes kemampuan menyimak tingkat penerapan. Tes
kemampuan pada tingkat ini dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan siswa
menerapkan konsep pada situasi yang baru. Butir-butir tes kemampuan menyimak
pada tingkatan ini terdiri dari pernyataan yang diperdengarkan dan
gambar-gambar sebagai alternatif jawaban terdapat dalam lembar tugas.
Keempat,
tes kemampuan menyimak tingkat analisis. Tes pada kemampuan tingkat ini
bertujuan untuk memahami informasi dalam wacana yang akan diteskan engan cara
menganalisis. Jadi, butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit
daripada butir tes pada tingkat pemahaman.
2.2.2 Dongeng
Dongeng merupakan salah satu jenis karya sastra lama yang
berkembang di Indonesia. Dongeng mempunyai fungsi sebagai media pendidikan.
Dengan dongeng kita dapat memperoleh manfaat yang tersirat dalam isi cerita
dongeng itu. Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam dongeng. Landasan teori
tentang dongeng meliputi pengertian dongeng dan jenis-jenis dongeng.
2.2.2.1 Pengertian Dongeng
Cerita rakyat baik yang bernilai sastra atau bukan adalah
bagian dari apa yang disebut foklor. Danandjaja (1991: 20), mengatakan bahwa
foklor merupakan bagian dari kebudayaan suatu kolektif yang terbesar dan
diwariskan turun-temurun di antara kolektif lain secara tradisional dalam versi
yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak
atau alat bantu lain. Oleh karena itu, apa yang timbul dan hidup di dalam
wilayah (kolektif) tertentu merupakan bagian dari kebudayaan setempat.
Cerita rakyat pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kategori yaitu mithe, legenda, dan dongeng (Bascom, dalam Danandjaja 1991:
50). Ciri utama mithe adalah cerita yang dianggap orang benar-benar terjadi dan
dianggap bernilai sakral; legenda adalah cerita (prosa) rakyat yang dianggap
pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak
dianggap suci; sedangkan dongeng adalah cerita khayal yang tidak mungkin
terjadi dan tidak terikat oleh waktu dan tempat.
2.2.2.2 Jenis-jenis Dongeng
Dongeng merupakan salah satu jenis karya sastra di
Indonesia. Anti Aarne dan Thompson (dalam Danandjaja 1991: 86), membagi
jenis-jenis karya sastra ke dalam empat golongan besar, yakni: 1) dongeng
binatang (animal faste) adalah
dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang
menyusui, burung, binatang melata (reptilia),
ikan, dan serangga. Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini
dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. 2) dongeng biasa (ordinary
folktales) adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah
kisah suka duka seseorang (Danandjaja 1991: 98). 3) Lelucon atau anekdot adalah
dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati sehingga pembaca
tertawa. Walaupun demikian bagi kolektif atau tokoh tertentu, yang menjadi
sasaran dongeng itu dapat menimbulkan rasa sakit hati (Danandjaja 1991:117). 4)
dongeng berumus (formula tales) adalah dongeng yang menurut Anri Aarne
dan Thompson disebut formula tales dan strukturnya terdiri dari pengulangan.
Dongeng berumus mempunyai beberapa sub bentuk, yakni: (a) dongeng bertimbun
banyak (komulatif tales), (b) dongeng untuk mempermainkan orang (catch
tales) dan (c) dongeng yang tidak mempunyai akhir (endless tales). Dongeng
bertimbun banyak disebut juga dongeng berantai (chain tales) adalah
dongeng yang dibentuk dengan cara menambah keterangan lebih terperinci pada
setiap pengulangan inti cerita (Danandjaja 1991: 139).
2.2.3 Pendekatan Integratif
Dalam kurikulum 2004 ini, siswa dituntut untuk menguasai
empat keterampilan baik itu keterampilan berbahasa dan bersastra. Guru harus
bisa memilih pendekatan yang sesuai pada setiap proses pembelajaran. Hal itu
diharapkan agar hasil yang dicapai siswa bisa maksimal.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang
studi lebih banyak digunakan. Saat guru dalam pembelajaran menyimak itu
menggunakan pembelajaran menyimak maka perpindahannya diatur secara tipis.
Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan
siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Integratif
sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia oleh kurikulum berbasis
kompetensi ini. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai kompetensi dasar yang
perlu dimiliki siswa. Materi tidak bisa dipisah-pisahkan. Materi ajar harus
dikemas secara menarik.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, empat
keterampilan yang ada tidak bisa terpusat penyajiannya. Hal itu dikarenakan
antara satu keterampilan dengan keterampilan yang lain saling berkaitan atau
berhubungan. Penggunaan satu keterampilan biasanya dipadukan dengan ketrampilan
berbahasa yang lain. Itu dilakukan oleh pengajar agar proses pembelajaran
berhasil dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pada penelitian kali ini, peneliti memadukan antar
keterampilan berbahasa yang satu dengan yang lain. Penekanan yang dipakai dalam
penelitian kali ini adalah keterampilan menyimak akan tetapi dipadukan dengan
keterampilan berbicara. Hal itu dilakukan agar guru bisa mengetahui seberapa
tingkat daya simak siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dipadukan dengan
keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.
2.3 Kerangka Berpikir
Menyimak merupakan salah satu keterampilan yang ada dalam
kurikulum 2004 tersebut. Menyimak adalah suatu proses kegiatan yang dimulai
dari mendengarkan sampai dengan memahami untuk memperoleh informasi dan pesan
yang terkandung dari ujaran secara lisan dari pembicara. Proses pembelajaran
keterampilan menyimak dongeng dalam kelas selalu mengalami hambatan baik dari
guru maupun siswa. Masalah yang ada pada siswa meliputi kondisi fisik siswa
yang malas mengikuti pembelajaran menyimak jika jam terakhir pelajaran, siswa meremehkan
pembelajaran menyimak, siswa merasa bosan ketika ada pembelajaran menyimak, dan
materi simakan yang ada kurang menarik perhatian siswa. Masalah yang dialami
guru ketika sedang pembelajaran menyimak dongeng adalah guru belum menggunakan
pendekatan yang tepat dan bervariasi dalam pembelajaran menyimak. Guru juga
belum menggunakan teknik penyajian pembelajaran menyimak yang sesuai dan tepat.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini adalah adanya peningkatan
keterampilan menyimak dongeng dan perubahan perilaku pada siswa kelas II SD
Negeri 2 ................ Kecamatan ................
setelah dilakukan proses pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan
integratif dan melalui teknik dengar-cerita.
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini yang dibahas
adalah (1) desain penelitian, (2) subjek penelitian, (3)
variabel penelitian, (4) instrumen penelitian, (5) teknik pegumpulan data, dan
(6) teknik analisis data.
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan penelitian tindakan
kelas (PTK) yang merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi pembelajaran
(Depdiknas 2004: 7).
Penelitian tindakan kelas bersifat reflektif artinya dalam
proses penelitian, guru sekaligus sebagai peneliti yang memikirkan apa dan
mengapa suatu tindakan terjadi di kelas, dari pemikiran itu kemudian guru
mencari pemecahannya melalui tindakan-tindakan tertentu (Suyatno dalam
Depdiknas 2004: 7).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk
siklus yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, observasi,
dan refleksi. Tindakan dalam penelitian ini, rencananya akan dilakukan dalam
dua siklus, seperti dalam gambar berikut.
Perencanaan Perencanaan
Ulang
Siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi merupakan awal kegiatan untuk mengetahui kondisi awal siswa
mengenai kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan menyimak dongeng
dengan teknik dengar-cerita. Dengan adanya refleksi pada proses tindakan pada
siklus I, akan muncul pemikiran baru guna mengatasi permasalahan tersebut
sehingga memerlukan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan refleksi ulang pada
siklus II.
Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan menyimak
dongeng siswa, kemudian dipakai sebagai refleksi untuk melakukan siklus II.
Siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak dongeng
dengan teknik dengar-cerita setelah dilakukan perbaikan terhadap proses
pemelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian
Hasil penelitian yang diuraikan pada bagian ini meliputi
hasil tes dan nontes, baik siklus I maupun siklus II. Hasil tes berupa
penilaian hasil tes menceritakan isi dongeng pada pembelajaran menyimak dongeng
dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita, sedangkan hasil
nontes berupa hasil lembar observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi. Hasil
penelitian yang berupa tes diuraikan dalam bentuk deskriptif data kualitatif.
4.1.1 Hasil
Pratindakan
Hasil tes pratindakan berupa keterampilan menyimak dongeng
siswa sebelum dilakukan penelitian. Pratindakan dimaksudkan untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam menyimak khususnya menyimak dongeng sebelum dilakukan
pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui
teknik dengar-cerita. Hasil tes pratindakan perlu dianalisis untuk mengetahui
kondisi awal keterampilan menyimak dongeng. Pada pratindakan guru meminta siswa
untuk menyimak dongeng dengan judul “Kancil dan Buaya” yang dibacakan guru. Tes
yang dilakukan adalah menceritakan isi dongeng dengan judul “Kancil dan Buaya”
yang dibacakan oleh guru. Penilaian yang dilakukan meliputi tes indikator
menjelaskan isi dongeng pada pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan
integratif
melalui teknik
dengar-cerita dan penilaian aspek menceritakan isi dongeng. Hasil tes
pratindakan dapat dilihat pada tabel berikut.
4.1.1.1 Hasil Tes
Menceritakan Isi Dongeng Pratindakan
Di bawah ini adalah hasil tes menceritakan isi dongeng
pratindakan yang berupa skor komulatif dan nilai komulatif. Berikut adalah skor
komulatif menyimak dongeng pratindakan
Tabel 7. Skor Komulatif Menyimak Dongeng Pratindakan
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
68-80
|
0
|
0
|
0
|
629/13=48,38
|
2.
|
Baik
|
56-67
|
5
|
321
|
3 8,46
|
berkategori cukup
|
3.
|
Cukup
|
44-55
|
2
|
98
|
15,39
|
|
4.
|
Kurang
|
0-43
|
6
|
210
|
46,15
|
|
Jumlah
|
13
|
629
|
100
|
|
Skor komulatif menyimak dongeng dapat dilihat tabel 7. Dari
tabel tersebut menunjukkan tidak ada siswa yang mencapai skor dalam kategori
sangat baik dengan rentang skor 68-80 tidak dicapai oleh siswa, untuk kategori
baik 56-67 dicapai oleh 5 siswa yang berarti
sebesar 3 8,46 %. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 44-55 dicapai
oleh 2 siswa yang berarti persentasinya sebesar 15,39 %. Sedangkan untuk
kategori kurang dengan rentang skor 0-43 dicapai oleh 6 siswa, berarti
persentasinya
sebesar
46,15 %. Rata-rata skor komulatif yaitu 629:13=48,38. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pada skor komulatif menyimak dongeng secara klasikal berkategori cukup.
Berikut
adalah nilai komulatif menyimak dongeng pratindakan
Tabel 8. Nilai Komulatif Menyimak Dongeng Pratindakan
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Nilai
|
|
Nilai
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
85-100
|
0
|
0
|
0
|
788/13=60,61
|
2.
|
Baik
|
70-84
|
5
|
325
|
38,46
|
berkategori cukup
|
3.
|
Cukup
|
55-69
|
2
|
122
|
15,39
|
|
4.
|
Kurang
|
0-54
|
6
|
263
|
46,15
|
|
Jumlah
|
13
|
788
|
100
|
|
Nilai komulatif menyimak dongeng dapat dilihat tabel 8.
Dari tabel tersebut tidak ada siswa yang mencapai nilai dalam kategori sangat
baik dengan rentang nilai 85-100, untuk kategori baik 70-84 dicapai oleh 5
siswa yang berarti sebesar 3 8,46 %. Untuk kategori cukup dengan rentang nilai
55-69 dicapai oleh 2 siswa yang berarti persentasinya sebesar 15,39 %. Sedangkan
untuk kategori kurang dengan rentang nilai 0-54 dicapai oleh 6 siswa, berarti
persentasinya sebesar 46,15 %. Rata-rata skor komulatif yaitu 788:13=60,61. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pada nilai komulatif menyimak dongeng secara
klasikal berkategori cukup.
Lebih jelasnya hasil tes siswa pada keterampilan menyimak
dongeng sebelum dilakukan tindakan, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 1. Grafik Nilai Komulatif Menyimak Dongeng Pratindakan
Pada grafik di atas maka dapat diketahui hasil tes siswa
pada pratindakan tidak ada yang menunjukkan kategori sangat baik. Untuk
kategori baik sebesar 3 8,46 %. Sedangkan untuk kategori cukup hanya 15,3 9 %.
Pada kategori kurang mencapai 46,15 %. Berarti pada pratindakan kategori
tertinggi dicapai oleh kategori kurang. Perolehan nilai masing-masing siswa
dapat dilihat pada grafik di bawah ini
Gambar 2. Grafik Pencaran Nilai Pratindakan
Pada grafik 2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar
siswa memperoleh nilai antara 30-65 yaitu sebanyak 8 siswa. Selebihnya ada 5
siswa yang mencapai nilai antara 75-90.
4.1.1.2 Hasil Tes pada Aspek-aspek Menceritakan Isi Dongeng Pratindakan
Hasil tes pada menceritakan isi dongeng mencakup 6 aspek
dalam pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik
dengar-cerita, yaitu (1) kesesuaian isi dongeng, (2) tokoh dan perwatakan, (3)
latar, (4) mimik, (5) pilihan kata, dan (6) penyusunan kalimat.
1. Hasil Tes Aspek
Kesesuaian Isi Dongeng Pratindakan
Hasil tes aspek kesesuaian isi dongeng difokuskan pada
ketepatan siswa dalam menentukan isi dongeng. Hasil tes dari aspek kesesuaian
isi dongeng pratindakan dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 9. Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Dongeng Pratindakan
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
16-20
|
0
|
0
|
0
|
136/13=10,46
|
2.
|
Baik
|
11-15
|
6
|
85
|
46,15
|
berkategori cukup
|
3.
|
Cukup
|
6-10
|
6
|
46
|
46,15
|
|
4.
|
Kurang
|
0-5
|
1
|
5
|
7,70
|
|
Jumlah
|
13
|
136
|
100
|
|
Tabel 9 di atas terlihat dari kategori sangat baik dengan
rentang skor 16-20 belum ada satu siswa pun yang mendapat skor tersebut. Untuk
kategori baik dengan rentang skor 11-15 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 46,15
%. Kategori cukup dengan rentang skor 6-10 sebanyak 6 siswa yang mencapai
kategori tersebut atau sebesar 46,15 %. Sedangkan untuk kategori kurang rentang
skor 0-5 dicapai oleh 1 siswa atau 7,70 %. Rata-rata kelas dalam penilaian
aspek ini adalah sebesar 136/13=10,46 dan termasuk dalam kategori cukup.
2. Hasil Tes Aspek
Tokoh dan Perwatakan Pratindakan
Hasil tes aspek tokoh dan perwatakan difokuskan pada
ketepatan siswa menyebutkan tokoh dan perwatakan yang terdapat dalam dongeng.
Berikut adalah tabel hasil tes menyimak dongeng dengan aspek tokoh dan
perwatakan.
Tabel 10. Hasil Tes Aspek Tokoh dan Perwatakan Pratindakan
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
16-20
|
0
|
0
|
0
|
122/13=9,38
|
2.
|
Baik
|
11-15
|
6
|
85
|
46,15
|
berkategori
|
3.
|
Cukup
|
6-10
|
2
|
13
|
15,39
|
cukup
|
4.
|
Kurang
|
0-5
|
5
|
24
|
3 8,46
|
|
Jumlah
|
13
|
122
|
100
|
|
Nilai dalam tabel 10 di atas bahwa hasil tes menyimak
dongeng untuk aspek tokoh dan perwatakan, yaitu untuk kategori sangat baik
belum ada satu pun siswa yang mencapai nilai tersebut. Nilai dalam kategori
baik dengan rentang skor 11-15 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 46,15 %.
Kemudian untuk kategori cukup dicapai oleh 2 siswa atau 15,39 %. Dan untuk
kategori kurang dicapai 5 siswa atau sebesar 38,46 %. Nilai rata-rata kelas
dalam aspek ini adalah sebesar 122/13=9,38 dan termasuk dalam kategori cukup.
3. Hasil Tes Aspek
Latar Pratindakan
Hasil tes aspek latar difokuskan pada ketepatan siswa dalam
menentukan latar yang terdapat dalam dongeng. Di bawah ini adalah hasil tes
menyimak dongeng pada aspek latar.
Tabel 11. Hasil Tes Aspek Latar Pratindakan
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
9-10
|
11
|
99
|
84,62
|
111/13=8,5
|
2.
|
Baik
|
7-8
|
1
|
7
|
7,69
|
berkategori baik
|
3.
|
Cukup
|
4-6
|
1
|
5
|
7,69
|
|
4.
|
Kurang
|
0-3
|
0
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
13
|
111
|
100
|
|
Pada tabel 11 di atas, hasil tes menyimak dongeng pada
aspek latar, yaitu untuk kategori sangat baik dicapai oleh 11 siswa atau
sebesar 84,62 %. Sedangkan untuk kategori baik dicapai oleh 1 siswa atau
sebesar 7,69 %. Dan untuk kategori cukup dengan rentang skor 4-6 dicapai oleh 1
siswa atau sebesar 7,69 %. Dan kategori kurang dengan rentang skor 0-3 tidak
ada satupun siswa yang mencapai nilai tersebut. Rata-rata kelas dalam penilaian
menyimak dongeng aspek latar adalah sebesar 111/13=8,5 dan termasuk dalam
kategori baik.
4.1.2 Refleksi
Hasil sementara yang dicapai siswa dalam menyimak dongeng
pada siswa kelas 2 SD Negeri 2 ................ Kecamatan ................
masih jauh dari harapan. Hal ini karena nilai
rata-rata siswa dalam pembelajaran menyimak adalah 60,6 1 dan termasuk dalam
kategori cukup. Target yang diinginkan peneliti adalah 70. Oleh karena itu,
diperlukan pendekatan dan teknik yang tepat agar siswa dapat mencapai hasil
yang maksimal.
Pratindakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam pembelajaran menyimak dongeng sebelum diadakan tindakan. Proses
pembelajaran menyimak dongeng dilakukan dengan membacakan dongeng oleh guru dan
siswa diminta untuk menyimak. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 60,61.
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat diketahui bahwa siswa kurang berminat
dalam pembelajaran dongeng sehingga banyak siswa yang berperilaku negatif.
Berdasarkan serangkaian analisis tersebut maka peneliti
ingin meningkatkan lagi hasil keterampilan menyimak dongeng kelas II SD Negeri 2
................ Kecamatan ................. Peningkatan tersebut dapat
diwujudkan dengan melakukan tindakan siklus I dengan pendekatan integatif
melalui teknik dengar-cerita.
4.1.3 Hasil Siklus I
Setelah dilakukan tes pratindakan, hasilnya masih kurang
memuaskan, peneliti pada siklus I memberikan pembelajaran keterampilan
menyimak, khususnya pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan
pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita. Hasil penelitian penelitian
pada siklus I ini berupa hasil tes
untuk
mengukur pemahaman isi dongeng yang disimak dan hasil nontes yang terdiri atas
hasil observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Berikut ini hasil
penelitian siklus I.
4.1.3.1 Hasil Tes
Pada siklus I siswa menyimak dongeng dengan judul “Anjing,
Kucing, dan Burung Gagak”. Dari dongeng yang telah disimak siswa menceritakan
kembali isi dongeng. Tes pada penelitian ini berupa penjelasan isi dongeng yang
diceritakan siswa. Tujuan dari tes tersebut adalah untuk mengetahui pemahaman
siswa terhadap dongeng yang telah disimak. Berikut adalah hasil tes
menceritakan isi dongeng pada pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan
integratif melalui teknik dengar-cerita.
4.1.3.1.1 Hasil Tes Menceritakan Isi Dongeng Siklus I
Berikut
adalah hasil tes menceritakan isi dongeng yaitu skor komulatif menyimak dongeng
dan nilai komulatif menyimak dongeng pada siklus I. Tabel 15. Skor Komulatif
Menyimak Dongeng Siklus I
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
68-80
|
1
|
71
|
7,69
|
696/13=53,5
|
2.
|
Baik
|
56-67
|
5
|
317
|
38,46
|
berkategori cukup
|
3.
|
Cukup
|
44-55
|
3
|
193
|
23,08
|
|
4.
|
Kurang
|
0-43
|
4
|
115
|
30,77
|
|
Jumlah
|
13
|
696
|
100
|
|
Skor
komulatif menyimak dongeng dapat dilihat tabel 15. Dari tabel tersebut
menunjukkan siswa yang mencapai skor dalam kategori sangat baik dengan rentang 5
siswa yang berarti sebesar 3 8,46 %. Untuk kategori cukup dengan rentang skor
44-55 dicapai oleh 3 siswa yang berarti persentasinya sebesar 23,08 %. Ada 4
siswa atau 30,77 % yang mencapai untuk kategori kurang dengan rentang skor
0-43. Rata-rata skor komulatif yaitu 696:13=53,5. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pada skor komulatif menyimak dongeng secara klasikal berkategori cukup.
Berikut
adalah nilai komulatif menyimak dongeng siklus I
Tabel 16. Nilai Komulatif Menyimak Dongeng Siklus I
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Nilai
|
|
Nilai
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
85-100
|
1
|
89
|
7,6
|
872/13=67,08
|
2.
|
Baik
|
70-84
|
5
|
397
|
38,46
|
berkategori cukup
|
3.
|
Cukup
|
55-69
|
3
|
188
|
23,08
|
|
4.
|
Kurang
|
0-54
|
4
|
242
|
30,77
|
|
Jumlah
|
13
|
873
|
100
|
|
Skor komulatif menyimak dongeng dapat dilihat tabel 16.
Dari tabel tersebut menunjukkan tidak ada siswa yang mencapai skor dalam
kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100 dicapai oleh 1 siswa atau
sebesar 7,6 %, untuk kategori baik 70-84 dicapai oleh 5 siswa yang berarti
sebesar 3 8,46 %. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 55-69 dicapai oleh 3
siswa yang berarti persentasinya sebesar 23,08 %. Sedangkan untuk kategori
kurang dengan rentang skor 0-54 dicapai oleh 4 siswa atau
30,77 %. Rata-rata
skor komulatif yaitu 872:13=67,08. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada nilai
komulatif menyimak dongeng secara klasikal berkategori cukup.
Lebih
jelasnya hasil tes siswa pada siklus I yang telah mendapatkan tindakan dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 3. Grafik Nilai Komulatif Menyimak Dongeng Siklus
I
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa ada
perubahan dari pratindakan ke siklus I. Pada kategori sangat baik sama seperti
pratindakan yaitu sebesar7,6 %. Untuk kategori baik mengalami peningkatan
menjadi 3 8,46 %. Untuk kategori cukup juga mengalami peningkatan menjadi 23,08
%. Sedangkan untuk kategori kurang mengalami penurunan menjadi menjadi 30,77 %.
Perolehan nilai dari masing-masing siswa pada siklus I dapat dilihat pada
grafik di bawah ini.
Gambar 4. Grafik Pencaran Nilai Siklus I
Pada grafik 4 di atas maka dapat dilihat hanya ada 4 siswa
yang mendapat nilai dengan kategori 0-54. Untuk kategori cukup dicapai oleh 3
siswa. Sedangkan untuk kategori baik ada 5 siswa yang mencapai nilai antara
70-84. Pada kategori sangat baik hanya dicapai 1 siswa.
4.1.3.1.2 Hasil Tes pada Aspek-aspek Menceritakan Isi Dongeng Siklus I
Pada siklus I ini hasil tes aspek pada pembelajaran
menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita melalui pendekatan integratif
mencakup 6 aspek, yaitu (1) kesesuaian isi
dongeng, (2) tokoh dan perwatakan, (3) latar, (4) mimik, (5) pilihan
kata, dan (6) penyusunan kalimat.
Hasil tes aspek kesesuaian isi dongeng difokuskan pada
ketepatan siswa menjelaskan isi dongeng dengan sesuai. Di bawah ini adalah
hasil tes menyimak dongeng pada aspek kesesuaian isi dongeng.
Tabel 17. Hasil Tes Aspek Kesesuaian Isi Dongeng Siklus I
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
16-20
|
1
|
18
|
7,70
|
138/13=10,6
|
2.
|
Baik
|
11-15
|
6
|
74
|
46,15
|
berkategori
cukup
|
3.
|
Cukup
|
6-10
|
6
|
46
|
46,15
|
|
4.
|
Kurang
|
0-5
|
0
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
13
|
138
|
100
|
|
Pada tabel 17 di atas menunjukkan bahwa siswa yang mencapai
kategori sangat baik dengan rentang skor 16-20 sebanyak 1 siswa atau sebesar
7,70 %. Untuk kategori baik dengan rentang skor 11-15 dicapai oleh 6 siswa atau
sebesar 46,15 %. Dan untuk kategori cukup dengan rentang skor 6-10 dicapai oleh
6 siswa atau sebesar 46,15 %. Adapun untuk kategori kurang dengan rentang skor
0-5 tidak ada satu pun siswa yang mencapai nilai tersebut. Nilai rata-rata
kelas pada aspek ini adalah 138/13=10,6 dan termasuk dalam kategori cukup.
Hasil tes aspek tokoh dan perwatakan difokuskan pada
ketepatan siswa dalam menentukan tokoh dan perwatakan dalam menentukan tokoh
dan perwatakan yang terdapat dalam dongeng. Berikut adalah hasil tes menyimak
dongeng aspek tokoh dan perwatakan.
Tabel 18. Hasil Tes Aspek Tokoh dan Perwatakan Siklus I
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
16-20
|
1
|
16
|
7,69
|
139/13=10,7
|
2.
|
Baik
|
11-15
|
6
|
81
|
46,15
|
berkategori cukup
|
3.
|
Cukup
|
6-10
|
5
|
37
|
38,47
|
|
4.
|
Kurang
|
0-5
|
1
|
5
|
7,69
|
|
Jumlah
|
13
|
139
|
100
|
|
Pada tabel 18 di atas, hasil tes menyimak dongeng untuk
aspek tokoh dan perwatakan, yaitu untuk kategori sangat baik dengan rentang
skor 16-20 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,69 %. Nilai dalam kategori baik
dengan rentang skor 11-15 sebanyak 6 siswa atau 46,15 % siswa yang mencapai
nilai tersebut. Adapun untuk kategori cukup dengan rentang skor 6-10 dicapai 6
siswa atau 46,15 % yang mendapat nilai tersebut. Dan untuk kategori kurang
dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 7,69 %. Nilai rata-rata kelas dalam aspek ini
adalah 139/13=10,7 dan termasuk dalam kategori cukup.
3. Hasil Tes Aspek Latar Siklus I
Hasil tes aspek latar difokuskan pada ketepatan siswa dalam
menentukan latar yang terdapat dalam dongeng. Di bawah ini adalah daftar hasil
tes menyimak dongeng pada aspek latar.
Tabel 19. Hasil Tes Aspek Latar Siklus I
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
9-10
|
9
|
85
|
69,23
|
111/13=8,53
|
2.
|
Baik
|
7-8
|
3
|
8
|
23,07
|
berkategori baik
|
3.
|
Cukup
|
4-6
|
1
|
18
|
7,7
|
|
4.
|
Kurang
|
0-3
|
0
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
13
|
111
|
100
|
|
Pada tabel 18 di atas, hasil tes menyimak dongeng pada
aspek latar, yaitu untuk kategori sangat baik dicapai oleh 9 siswa atau sebesar
69,23 %. Sedangkan untuk kategori baik dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 23,07
%. Dan untuk kategori cukup dengan rentang skor 4-6 maka 1 siswa atau 7,7 %
yang mencapai nilai tersebut. Kemudian untuk kategori kurang dengan rentang
skor 0-3 tidak dicapai oleh satu siswa pun. Rata-rata kelas dalam hasil tes
menyimak dongeng aspek latar adalah sebesar 111/13=8,53 dan termasuk dalam
kategori baik.
4. Hasil Tes Aspek Mimik Siklus I
Hasil tes aspek ejaan difokuskan pada raut wajah siswa saat
menceritakan isi dongeng. Di bawah ini adalah tabel hasil tes menyimak dongeng
pada aspek ejaan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 20. Hasil Tes Aspek Mimik Siklus I
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
9-10
|
11
|
84
|
84,61
|
115/13=8,8
|
2.
|
Baik
|
7-8
|
2
|
31
|
15,39
|
berkategori baik
|
3.
|
Cukup
|
4-6
|
0
|
0
|
0
|
|
4.
|
Kurang
|
0-3
|
0
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
13
|
115
|
100
|
|
Tabel 19 di atas adalah hasil tes menyimak dongeng aspek
ejaan dan terlihat dari kategori sangat baik dengan rentang skor 9-10 dicapai
oleh 11 siswa atau sebesar 84,61 %. Untuk kategori baik dengan rentang skor 7-8
dicapai oleh 2 siswa atau 15,39 %. Dan kategori cukup dengan rentang skor 4-6,
dan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-3 tidak dicapai oleh siswa satu
pun. Rata-rata kelas dalam penilaian menyimak dongeng pada aspek ini adalah
115/13=8,8. Dan termasuk dalam kategori baik.
5. Hasil Tes Aspek Pilihan Kata Siklus I
Hasil tes pada aspek pilihan kata difokuskan dalam memilih
kata dalam menjelaskan isi dongeng. Di bawah ini adalah tabel hasil tes
menyimak dongeng pada aspek pilihan kata.
Tabel 21. Hasil Tes Aspek Pilihan Kata Siklus I
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
9-10
|
4
|
39
|
30,77
|
92/13=7,1
|
2.
|
Baik
|
7-8
|
3
|
23
|
23,08
|
berkategori baik
|
3.
|
Cukup
|
4-6
|
6
|
30
|
46,15
|
|
4.
|
Kurang
|
0-3
|
0
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
13
|
107
|
100
|
|
Pada tabel 20 di atas, nilai menyimak dongeng untuk aspek
pilhan kata, yaitu untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 9-10 dicapai
oleh 4 siswa atau sebesar 30,77 %. Untuk kategori baik dengan rentang skor 7-8
dicapai oleh 3 siswa atau 23,08 %. Kemudian untuk kategori cukup dengan rentang
skor 4-6 dicapai oleh 6 siswa atau 46,15 % dan kategori kurang dengan rentang
skor 0-3 tidak satu pun siswa yang mencapai nilai tersebut. Rata-rata kelas
dalam penilaian aspek ini adalah 92/13=7,1 dan termasuk dalam kategori baik.
6. Hasil Tes Aspek
Penyusunan Kalimat Siklus I
Hasil tes aspek penyusunan kalimat difokuskan dalam
menyusun kalimat dalam menjelaskan isi dongeng. Di bawah ini adalah hasil tes
menyimak dongeng pada aspek penyusunan kalimat.
Tabel 22. Hasil Tes Aspek Penyusunan Kalimat Siklus I
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
9-10
|
6
|
57
|
46,15
|
101/13=7,7
|
2.
|
Baik
|
7-8
|
4
|
30
|
30,77
|
berkategori baik
|
3.
|
Cukup
|
4-6
|
3
|
14
|
23,08
|
|
4.
|
Kurang
|
0-3
|
0
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
13
|
101
|
100
|
|
Pada tabel 21 di atas adalah hasil tes menyimak dongeng
pada aspek penyusunan kalimat, yaitu ada 6 siswa atau 46,15 % yang mencapai
kategori sangat baik dengan rentang skor 9-10. pada kategori baik dengan
rentang skor 7-8 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 30,77 %. Dan untuk kategori
cukup dengan rentang skor 4-6 dicapai oleh 3 siswa atau 23,08 %. Sedangkan
untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-3 tidak ada satu pun siswa yang
mencapai nilai tersebut. Rata-rata kelas dalam hasil tes menyimak dongeng pada
aspek ini adalah 101/13=7,7 dan termasuk dalam kategori baik.
4.1.3.2 Hasil
Nontes
Hasil
nontes diperoleh dari hasil observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara,
dan dokumentasi foto. Berikut uraian hasil nontes selengkapnya. 4.1.3.2.1
Hasil Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan selama penelitian
berlangsung dan ditekankan pada kegiatan pembelajaran menyimak dongeng dengan
pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita. Hasil dari observasi
kegiatan menyimak dongeng adalah sebagian besar siswa sudah melaksanakan sesuai
dengan petunjuk dan penuh antusias selama kegiatan menyimak berlangsung.
Berikut adalah data observasi keseluruhan yang diperoleh selama proses
pembelajaran keterampilan menyimak dongeng melalui pendekatan integratif dengan
teknik dengar-cerita pada siklus I.
Tabel. 23 Hasil Observasi Siklus I
Keterangan
|
|
Ya
|
|
Tidak
|
Jumlah
Siswa
|
Persentase
|
Jumlah
Siswa
|
Persentase
|
|
1.
Sikap Positif
|
|
|
|
|
a.
Serius mengikuti pembelajaran menyimak dongeng
|
9
|
69,23
|
4
|
30,77
|
b.
Menyimak dengan penuh perhatian
|
9
|
69,23
|
4
|
30,77
|
c.
Keberanian menceritakan isi dongeng di depan kelas
|
9
|
69,23
|
4
|
30,77
|
d.
Mengikuti proses dengar- cerita dengan baik
|
5
|
38,46
|
8
|
61,54
|
2.
Sikap Negatif
|
|
|
|
|
e.
Meremehkan kegiatan menyimak
|
2
|
15,3 8
|
11
|
84,62
|
f.
Mengganggu teman pada saat
menyimak
|
0
|
0
|
13
|
100
|
g. Berbicara sendiri pada
saat
menyimak
|
2
|
15,3 8
|
11
|
84,62
|
h.
Mengeluh pada saat diberi tugas untuk melakukan
proses
dengar-cerita
|
3
|
23,08
|
10
|
76,92
|
i.
Menyimak tidak serius
|
3
|
23,08
|
10
|
76,92
|
Perilaku siswa dalam melaksanakan teknik dengar-cerita
selama pembelajaran menyimak dongeng berlangsung ditunjukkan oleh sikap yang
positif dan sikap negatif. Perilaku positif tampak pada sikap siswa yang
antusias selama mengikuti kegiatan menyimak dongeng. Hal ini terlihat dari
keseriusan siswa dalam pembelajaran menyimak dongeng. Perilaku positif yang
lain yaitu ketika siswa menyimak dengan penuh perhatian. Keberanian
menceritakan isi dongeng di depan kelas adalah perilaku positif selanjutnya.
Pada saat proses teknik dengar-cerita siswa sudah mengikuti dengan baik.
4.1.3.2.2 Hasil Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal
siswa dan jurnal guru. Jurnal siswa berisi tanggapan siswa mengenai
pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui
teknik dengar-cerita. Pada jurnal siswa ini, siswa hanya memilih jawaban yang
sesuai dengan tanggapan mereka mengenai pembelajaran keterampilan menyimak
dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita tanpa
disertai alasan. Hal itu disebabkan subjek pada penelitian ini adalah siswa
kelas 2 SD. Sedangkan jurnal guru berisi mengenai keaktifan dan perilaku siswa
selama mengikuti pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan integratif
melalui teknik dengar-cerita. Berikut ini adalah uraian tentang hasil jurnal
siswa dan jurnal guru.
1. Jurnal Siswa
Tabel 24 Hasil Jurnal Siswa Siklus I
No. Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
1.
|
a. Ya
|
a. 11
|
a. 84,6 %
|
|
b. Tidak
|
b. 2
|
b. 15,4 %
|
2.
|
a. Mudah
|
a. 10
|
a. 76,92 %
|
|
b. Tidak Mudah
|
b. 3
|
b. 23,08 %
|
3.
|
a. Ya
|
a. 4
|
a. 30,8 %
|
|
b. Tidak
|
b. 9
|
b. 69,2 %
|
4.
|
a. Senang
|
a. 12
|
a. 92,3 %
|
|
b. Tidak Senang
|
b. 1
|
b. 7,7 %
|
Menurut hasil jurnal yang ditulis oleh siswa dan terlihat
pada tabel 23 maka umumnya semua siswa merasa tertarik dan senang terhadap
pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui
teknik dengar-cerita. Aspek-aspek jurnal yang diisi oleh siswa meliputi (1)
tertarik dan tidaknya siswa terhadap pembelajaran keterampilan menyimak dongeng
dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita, (2) penjelasan guru
tentang pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita, (3) kesulitan siswa
dan tidaknya siswa ketika melakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng
dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita, (4) perasaan siswa
setelah melakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan
integratif melalui teknik dengar-cerita. Berikut uraian data hasil jurnal siswa
pada siklus I.
2. Jurnal Guru
Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak
dongeng, diikuti oleh siswa dengan antusias karena pada awal pembelajaran
peneliti menjelaskan bahwa pembelajaran hari itu akan menyimak dongeng. Siswa
sangat senang karena siswa suka mendengarkan cerita khususnya dongeng. Untuk
keaktifan siswa dalam melakukan proses integratif pada pembelajaran menyimak
dongeng, hampir semua siswa sudah melakukan dengan baik sesuai apa yang
diperintahkan oleh peneliti. Meskipun masih ada siswa yang belum melakukan
dengan baik. Untuk tanggapan siswa terhadap proses integratif pada kegiatan
menyimak berlangsung, sebagian siswa merasa senang dan tertarik.
Perilaku siswa pada saat menyimak dongeng berlangsung
adalah semua siswa menyimak dengan serius, menyimak dengan penuh perhatian,
keberanian menceritakan isi dongeng di depan kelas, mengikuti proses teknik
dengar-cerita dengan baik meskipun ada
sebagian siswa yang berperilaku negatif pada saat kegiatan menyimak.
4.1.3.2.3 Hasil Wawancara
Wawancara pada siklus I dilakukan kepada siswa yang
mendapat nilai tinggi, nilai sedang, dan nilai rendah. Wawancara ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menyimak
dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita. Pertanyaan
yang disusun oleh peneliti meliputi (1) apakah siswa senang dan tertarik
terhadap pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui
teknik dengar-cerita, (2) apakah penjelasan guru mengenai proses integratif
mudah dipahami pada pembelajaran menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita,
(3) apakah siswa tertarik dengan proses integratif pada kegiatan menyimak
dongeng yang sedang berlangsung, dan (4) bagaimana perasaan siswa ketika
melakukan proses integratif pada kegiatan menyimak dongeng.
Siswa yang mendapat nilai rendah secara keseluruhan dapat mengikuti
pembelajaran menyimak dengan baik, meskipun ada beberapa siswa yang kurang
baik
saat pembelajaran menyimak dongeng berlangsung. Siswa yang mendapat nilai
rendah menyatakan senang terhadap pembelajaran menyimak dongeng dengan
pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita tetapi kurang tertarik
terhadap pembelajaran menyimak dongeng tersebut. Selanjutnya siswa yang
mendapat nilai rendah menyatakan penjelasan guru mengenai proses integratif
sulit dipahami pada pembelajaran menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita.
Siswa tersebut menyatakan bahwa siswa kurang tertarik terhadap proses
integratif yang sedang berlangsung pada pembelajaran menyimak dongeng. Perasaan
siswa yang mendapat nilai rendah ketika mengikuti pembelajaran menyimak dongeng
melalui pendekatan integratif adalah senang.
4.1.4 Refleksi Siklus I
Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I maka hasil
pembelajaran menyimak dongeng yang dicapai siswa belum mencapai nilai
ketuntasan belajar sebesar 70. Nilai rata-rata kelas yang dicapai baru sebesar
67,08 dan masih harus ditingkatkan lagi menjadi lebih baik. Hal itu disebabkan
oleh ada beberapa aspek yang nilainya kurang memuaskan. Selain itu, masih ada
siswa yang berperilaku negatif, misalnya meremehkan kegiatan menyimak, mengganggu
teman pada saat
menyimak,
berbicara sendiri atau dengan teman pada saat menyimak, dan menyimak dengan
tidak serius.
Dari hasil observasi pada siklus I maka dapat dilihat
beberapa perilaku negatif yang ditunjukkan oleh siswa. Misalnya meremehkan kegiatan
menyimak, mengganggu teman pada saat menyimak, berbicara sendiri atau dengan
teman pada saat menyimak, dan menyimak dengan tidak serius. Jadi, perilaku
negatif siswa tersebut harus diperbaiki lagi ke arah yang lebih baik untuk
keberhasilan siklus berikutnya.
Siswa yang telah mencapai nilai yang baik disebabkan mereka
menyimak dengan baik dan materi yang diterangkan guru diperhatikan dengan baik.
Untuk mencapai pembelajaran yang sesuai dengan harapan guru maka
kendala-kendala yang ada dalam pembelajaran menyimak dongeng harus dicarikan
solusi yang terbaik kemudian diterapkan dalam pembelajaran. Hal-hal yang
dilakukan guru berkenaan dengan upaya perbaikan yang kemudian diterapkan dalam
pembelajaran selanjutnya adalah sebagai berikut. Pertama, guru merefleksi hasil
tes dan nontes pada siklus I. Kedua, guru memberikan motivasi pada siswa yaitu
dengan memberikan hadiah bagi siswa yang mau maju membacakan hasil
pekerjaannya. Ketiga, guru menjelaskan kesalahan-kesalahan ketika mengerjakan
tugas yang diberikan guru. Perbaikanperbaikan ini diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak dongeng pada
siklus berikutnya.
4. 1. 5 Hasil
Siklus II
Dongeng
yang telah disimak siswa pada siklus II adalah “Pipit yang Ajaib”. Hasil pada
siklus II adalah sebagai berikut.
4.1.5.1 Hasil Tes
Setelah dilakukan tes siklus I, peneliti pada siklus II
memberikan pembelajaran kembali untuk mengukur peningkatan menyimak dongeng
dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita. Hasil penelitian pada
siklus II, sama dengan siklus I yaitu berupa hasil tes menjelaskan isi dongeng
pada
pembelajaran
menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita melalui pendekatan integratif.
Sedangkan hasil nontes yang terdiri atas hasil observasi, jurnal, wawancara, dan
dokumentasi foto.
4.1.5.1.1 Hasil
Tes Menceritakan Isi Dongeng Siklus II
Berikut adalah hasil tes menceritakan isi dongeng yaitu
skor komulatif menyimak dongeng dan nilai komulatif menyimak dongeng pada
siklus II. Berikut adalah skor komulatif menyimak dongeng siklus II
Tabel 25. Skor Komulatif Menyimak Dongeng Siklus II
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Skor
|
|
Skor
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
68-80
|
4
|
299
|
30,77
|
790/13=60,77
|
2.
|
Baik
|
56-67
|
5
|
302
|
3 8,46
|
berkategori baik
|
3.
|
Cukup
|
44-55
|
4
|
189
|
30,77
|
|
4.
|
Kurang
|
0-43
|
0
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
13
|
790
|
100
|
|
Skor komulatif menyimak dongeng dapat dilihat tabel 25.
Dari tabel tersebut menunjukkan siswa yang mencapai skor dalam kategori sangat
baik dengan rentang skor 68-80 dicapai oleh 4 atau sebesar 30,77 %, untuk kategori
baik dicapai oleh 5 siswa yang berarti sebesar 3 8,46 % dengan rentang 56-67.
Untuk kategori cukup dengan rentang skor 44-55 dicapai oleh 4 siswa yang
berarti persentasinya sebesar 30,77 %. Untuk kategori kurang dengan rentang
skor 0-43. Rata-rata skor komulatif yaitu 790:13=60,77. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada skor komulatif menyimak dongeng secara klasikal
berkategori baik.
Berikut
adalah nilai komulatif menyimak dongeng siklus II
Tabel 26. Nilai Komulatif Menyimak Dongeng Siklus II
No
|
Kategori
|
Rentang
|
Frekuensi
|
Bobot
|
%
|
Rata-rata
|
|
|
Nilai
|
|
Nilai
|
|
|
1.
|
Sangat Baik
|
85-100
|
4
|
374
|
30,77
|
990/13=76,15
|
2.
|
Baik
|
70-84
|
5
|
379
|
3 8,46
|
berkategori baik
|
3.
|
Cukup
|
55-69
|
4
|
237
|
30,77
|
|
4.
|
Kurang
|
0-54
|
0
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
13
|
990
|
100
|
|
Skor komulatif menyimak dongeng dapat dilihat tabel 26.
Dari tabel tersebut menunjukkan ada 4 siswa atau sebesar 30,77 % yang mencapai
skor dalam kategori sangat baik dengan rentang skor 85-100. Untuk kategori baik
70-84 dicapai oleh 5 siswa yang berarti sebesar 3 8,46 %. Dan kategori cukup
dengan rentang skor 55-69 dicapai oleh 4 siswa yang berarti persentasinya
sebesar 3 0,77 %. Sedangkan untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-54
tidak dicapai oleh satu siswa satu pun,. Rata-rata skor komulatif yaitu
990:13=76,15.
Gambar 10. Grafik Nilai Komulatif Menyimak Dongeng
Siklus II
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa kemampuan
siswa dalam menyimak dongeng mengalami peningkatan. Pada akhir pembelajaran
siklus II ini pada kategori sangat baik menagalami peningkatan menjadi 3 0,77
%. Untuk kategori baik tidak mengalami penurunan maupun peningkatan. Untuk
kategori cukup mengalami peningkatan menjadi 3 0,77 %. Pada kategori kurang
mengalami penurunan menjadi 0 %. Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai
cukup sampai dengan nilai sangat baik mengalami peningkatan dari siklus I.
Perolehan nilai dari masing-masing siswa dapat dilihat grafik berikut
ini.
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar
siswa memperoleh nila antara 60-95. Selebihnya yaitu ada 3 siswa yang mendapat nilai
di bawah 60 tetapi masih masuk dalam kategori cukup.....dst (Untuk Info Lebih Lanjut Call/SMS/WA : 085258811535)
Labels:
PTK SD
Thanks for reading PTK Bahasa Indonesia Kelas II. Please share...!
1 Comment for "PTK Bahasa Indonesia Kelas II"
Kaa blh mnta contoh instrumen tes nyaa??